Dalampergaulan hidup sesama manusia, iman itu tidak lazim dinyatakan karena apa yang ada di dalam hati hanya Allah yang mengetahui, sedangkan manusia hanya mengetahui amalan lahir saja sebagai buktibahwa dia orang mukmin. Islam perlu bagi seseorang sebagai bukti bahwa ia orang mukmin dalam pergaulan hidup sesame insane dan sekurang-kurangnya
1 Manusia Memiliki Otak yang Berfungsi Dengan Baik. Hewan, manusia dan jin memang memiliki otak, akan tetapi otak yang Tuhan ciptakan pada manusia dapat difungsikan sebagaimana dengan semestinya. Kita bisa berfikir, membaca, menulis karena memang fungsinya sangat baik. Tidak seperti hewan, mereka tidak dapat memfungsikan otaknya karena
Ibadahmerupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian dengannya, karena ibadah itu tidak bisa dibuat main-main apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi agung Muhammmad SAW kepada umat islam yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah
Sehinggaakan menjadi seorang muslim yang pemberani, senantiasa berkata benar dan tidak takut celaan. Karena ia tahu, bahwa semua perkara di tangan Allah swt. dan bahwa tidak seorang pun yang bisa memberi manfaat atau mudlarat kecuali dengan izin-Nya. 2. Ucapan yang kekal sepanjang masa, dan cara penyampaian yang sangat bagus.
PendapatUlama Tentang Hadits Niat. Imam Ahmad Bin Hambal. Imam Asy Syafi’i. Tips Untuk Niat Beramal Ikhlas Karena Allah. Niat adalah keinginan untuk melakukan sesuatu perbuatan, dan letak niat ada di dalam hati. Makanya secara dhohir kita tidak akan mengetahui niat seseorang kecuali jika niat tersebut ia lafdzkan dan terdengar oleh kita
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. PEMBAHASAN Pengertian Iman Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad dan kepada Kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” An Nisa 136 Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. Kata Iman yang tidak dirangkai dengan kata lain dalam al-Quran mengandung arti positif Dengan demikian, kata-kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya disebut iman bathil. Wujud Iman Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas. Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup. Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman bathil Proses Terbentuknya Iman Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll. Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut. Tanda-Tanda Orang Beriman 1. Taqwa Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang diperintah oleh Allah SWT dan juga meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat kebaikan kepada orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita berada. Jika kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam urusan kita di pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga harus bertaqwa kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya dan begitulah seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada Allah SWT tanpa harus ragu-ragu untuk melakukannya. Allah SWT sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku, bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah SWT membedakan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah yang derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT. 2. Malu Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya’ atau mempunyai rasa malu. Maksud dari mempunyai rasa malu disini bukan kita merasa malu berbicara di depan orang banyak sehingga merasakan panas dingin jika berbicara di depan umum atau kita merasa malu dengan penampilan yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan teman-teman kita dalam suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam sebagai orang yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal yang telah dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini, agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata uang yang tidak diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada hakikatnya dia tidak beriman. Haya’ rasa malu terdapat dua macam yaitu Malu naluri haya’ nafsaniy, yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya dengan mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang lain. Malu imani haya’imaniy, ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap muslim haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu tersebut. 3. Syukur Tanda keimanan seseorang yang amat penting adalah selalu bersyukur. Allah SWT menganugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya nikmat Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah SWT. Syukur berarti “berterima kasih kepada Allah SWT”. Dalam arti lain, syukur ialah memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya. Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah SWT berfirman “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” QS Ibrahim [14]7. Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah SWT Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama. Allah SWT melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis besar nikmat Allah terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan. Ciri-ciri nikmat yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan, sesuatu yang mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat yang kedua meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa kesenangan jasmani, seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa sifat keutamaan seperti pertolongan dan lindungan dari Allah SWT. 4. Sabar Yang terakhir atau yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar. Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan atau mengekang. Secara istilah sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Sabar merupakan bagian yang penting dari iman. Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda bahwa sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting, seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji. Nabi SAW melukiskan sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga. la juga pemah berkata, “sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar” HR. At-Tirmidzi. 5. Ridha dengan Keputusan Allah Ridha berarti menerima keputusan kalah atau menang dengan hati yang lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati yang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan “Keridhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan“. Seorang ulama yang lain, Ruwaim menyatakan’ Keridhaan adalah tenangnya hati dalam menjalani ketetapan Allah.“ Pernah suatu hari khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu Musa al Asyari “Segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Malah jika engkau mampu jadilah orang yang ridha; dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah orang yang sabar“ Tanda Orang Beriman Al Anfal 2-4 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki nikmat yang mulia." Anfal 2-4 Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya Mereka selalu bertawakal Kepada Allah Mendirikan Shalat Menafkahkan berinfaq, shadaqoh Itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya. Yang jadi renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu? semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, marikita introspeksi / muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah , atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah. Dalam ajaran islam yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menegakan tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran membenarkan dengan hati , mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui larangannya./lalanurmala-lalanurmala
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Sudah barang tentu semua orang Islam mengaku beriman. Tapi belum tentu semua merasakan bagaimana manisnya iman yang sebenarnya. Rasulullah Saw pernah bersabda tentang bagaimana cara untuk merasakan manisnya iman. Sabda Rasulullah Saw, “Ada tiga hal apabila dimiliki oleh seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai ketimbang yang lain, mencintai seseorang karena Allah, dan enggan kembali kepada kekufuran seperti enggannya ia dilemparkan ke dalam neraka." HR. Bukhari Manusia memilki fitrah yang kuat untuk saling mencintai suami atau istri, anak keturunan, harta benda dan lainnya, itu tak dapat dinafikan. Bahkan Al-Qur`an sendiri mengakui kecenderungan tersebut زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." QS. Ali Imran 14 Dari hadits Rasulullah Saw tersebut ada tiga hal yang harus kita penuhi barulah terasa manisnya iman Hadits di atas menegaskan bahwa untuk mencapai taraf manisnya iman benar-benar terasa, maka Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai. Kita memang harus mencintai anak dan isteri, tapi Allah Swt dan Rasul-Nya harus lebih kita cintai. kita dapat dengan mudah mengaku beriman, tapi selama Allah Swt dan Rasul-Nya tidak lebih kita cintai ketimbang yang lain, maka kita belum akan merasakan manisnya iman yang kita akui. Selanjutnya untuk merasakan manisnya iman kita harus mencintai orang lain karena Allah manusia normal, tentu tidak aneh bila kita menaruh cinta kepada seseorang. Namun sebagai orang beriman yang ingin merasakan manisnya iman, kecintaan kepada seseorang haruslah berada dalam kerangka penilaianAllah Swt. Orang yang kita cintai hendaklah orang yang dicintai Allah Swt. Orang yang kita cintai seharusnya orang yang dalam pandangan Allah Swt pantas untuk dicintai. Dan yang terakhir syarat untuk merasakan manisnya iman adalah enggan kembali kepada kekufuran. Ketika dua hal di atas disempurnakan dengan keengganan kembali kepada kekufuran, barulah manisnya iman dapat dirasakan dengan sempurna. Bagi kita yang terlahir sebagai mukmin adalah dengan membenci kekufuran dan hal-hal yang dapat menyeret kepada kekufuran. Supaya kita tidak jatu kepada kekufuran, kita harus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Dengan cara mengerjakan segala yang diperintahkan Allah Swt serta meninggalkan segala yang dilarang Allah Swt. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang tiga hal yang harus dimilki baru merasakan manisnya iman. Mudah-mudahan tiga hal tersebut bisa kita tunaikan dengan sempurna. Agar kita bisa merasakan manisnya iman. Aamiin.
Oleh Kyai Hasan Syadzili Orang beriman dalam Alquran disebut mukmin. Mukmin ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi segala perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Itulah mukmin sejati. Dalam hal tersebut mengutip ayat Al Qur'an surat Al Anfal ayat 2-3 yang mengungkap tanda seorang mukmin. Yang pertama adalah. إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka”. Hanya orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya sebagai bentuk mengagungkan Allah. tutur Kyai Hasan menjelaskan ayat tersebut. Kalimat tauhid, sebagai sebuah kalimat agung, harus digunakan untuk mengagungkan Yang Maha Agung, tentunya harus dibarengi dengan pengagungan kepada Allah SWT melalui akhlak yang baik. Kalimat Tauhid lebih bijak digunakan untuk mengagungkan Allah SWT, menghadirkan rasa aman kepada orang yang mendengarnya, bukan malah sebaliknya, yaitu membuat orang takut karena ucapan asma Allah yang diucapkan". Yang kedua وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا “Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya”. Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al Qur’an dibaca baik oleh dirinya ataupun orang lain, ia dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa iman. Ayat Al Qur'an harus menjadi prioritas utama dalam diri kaum muslimin, menjadikan ayat-ayat Al Qur'an sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Yang ketiga وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ “Dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal”. Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Di saat kita diberi cobaan saat ini berupa Pandemi yang hampir keseluruhan penjuru dunia. Tentu sangat berpengaruh semua sendi ekonomi, sosial hingga politik, oleh karena itu hanya satu jalan kita, yaitu kembali kepada Allah SWT. Menyandang segala urusan disaat sulit seperti ini hanya kepada Allah SWT, Tawakal dan terus ikhtiar berusaha untuk keluar dari keadaan yang melanda kita semua. Yang keempat ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ “yaitu Orang-orang yang mendirikan shalat”. Orang yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik shalat yang hukumnya wajib maupun yang dianjurkan. Shalat adalah sarana mediasi seorang hamba yang ingin berkomunikasi dengan Allah SWT. Yang kelima وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ “Dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka". Seorang dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Kondisi saat ini adalah melatih diri kita untuk kembali kepada Allah SWT, disaat-saat sulit seperti inilah Allah SWT menguji kepada hamba-Nya untuk bertawakal dan mendermakan hartanya dalam keadaan sulit. Kalau mendermakan harta dalam keadaan lapang, itu hal bisa. Disaat inilah kondisi paling ditunggu-tunggu oleh Allah SWT agar kita selalu memperhatikan lingkungan bersama, bagaimana tetangga kita, kondisi sosial dan ekonomi, mari saling membantu satu sama lain. أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا “Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya”. Seorang yang benar-benar beriman, dan akan mendapatkan derajat disisi Allah SWT sebagai golongan yang diakui di hadapan Allah SWT. Penulis adalah Mustasyar NU Citayam Kabupaten Bogor. Disalin oleh Abdul Hakim
bagaimanakah seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna