Padatahun 2005, AKP tingkat SMP baru mencapai 85.22%, sedangkan target penuntasan Wajar 9 tahun harus dicapai pada tahun 2008/2009 dengan AKP minimum 95%. Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 14.78% (sekitar 1.9 juta) anak usia 13-15 tahun yang masih belum sekolah yang harus kita tarik untuk masuk ke bangku sekolah.
Dantidak mengganggu baik ucapan dan perbuatan. (Tahdzib as-Sunan, 13/91) Ketika ada orang yang suka berbuat baik kepada sesama, tapi dia tidak shalat, berarti dia memiliki akhlak yang baik kepada manusia, tapi bertindak kurang ajar kepada Allah. Akhaknya buruk kepada Allah. Dan tentu saja, itu tindakan yang membahayakan.
Burukmenurut kita bukan berarti buruk menurut Allah. Dalam surah al-Baqarah ayat 216 Allah menjelaskan akan hal ini. Allah Swt. berfirman: Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal sejatinya itu buruk dan merugikan bagi kalian, seperti tidak berangkat ke medan jihad. Tindakan ini dapat mendatangkan kehinaan dan penjajahan oleh musuh.
Search Amalan Macan Putih Tasbih Allah. Ingsun amatek ajiku si Meliwis Putih Ilatku pamor Suwaraku gelap ngampar Mataku kaca benggolo Kulitku tembogo Wuluku dom Derijiku supit wesi purosani Delamakanku rajeg wesi Cangkinganku angin Pengiringku jagat Heh si Meliwis Putih Cucukna musuh ingsun Lebur tumpur ambruk tanpa mindogawe Saking kersaning Allah Lakunya: de Khodam Mantra 000 Kode Barang
Sebelumtidur, ada beberapa amalan sunnah untuk dilakukan seperti membaca tasbih az-Zahra, membaca Surah al-Ikhlas 3 kali, ayat terakhir Surah al-Kahfi agar Anda dapat terjaga untuk shalat malam—dengan menyiapkan alarm tentu lebih baik—tidur dalam keadaan wudhu, beristigfar, tidur dalam posisi tubuh bertumpu ke bagian kanan seraya menghadap
Vay Tiền Nhanh Ggads. KALIMAT di atas bukan kalimat syair dari pujangga, ataupun kata-kata mutiara dari ahli bahasa, melainkan penggalan dari firman Allah SWT yang tertera dalam QS. Al Baqoroh/2216. Ayat itu mengajarkan kepada kita semua, bahwa apa yang kita anggap suatu kebaikan belum tentu di mata Allah juga kebaikan, dan sebaliknya suatu yang tidak kita senangi, namun itu justru baik untuk kita. Ayat itu ditutup dengan kalimat indah sebagai kesimpulannya, yakni “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Indra manusia sangat terbatas, matanya tidak bisa melihat barang yang sangat jauh atau yang terhalang tembok, telinganya tidak bisa mendengar sumber suara yang jauh atau yang frekuensinya tidak sama suara kita. Baca Juga Kalah Jadi Bandar Judi, Dennis Lim Ungkap Alasannya Tinggalkan Profesi Bos Kasino di Thailand, Awalnya... Begitu juga akal kita, tidak akan tahu kejadian di masa yang akan datang. Sementara Allah adalah zat yang maha sempurna yang tidak dibatasi dengan halangan apa pun. Indahnya, Allah juga maha baik, karena itu menginginkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Masalahnya, seringkali seorang hamba terjebak frustasi ketika kegagalan demi kegagalan dialaminya, sementara ia tidak mampu melihat hikmah dari rangkaian kegagalan itu. Bahkan yang ada merasa bahwa Allah telah “menzalimi” dirinya, padahal sejatinya, Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kesanggupan hamba itu sendiri QS. Al Baqoroh 286. Memang ketika seseorang ingin meraih sesuatu dan telah diperjuangkan semaksimal mungkin dengan berbagai upaya namun pada akhirnya gagal diperoleh, ia akan sangat kecewa. Baca Juga Berapa Hari Sebaiknya Puasa Rajab? Simak Jadwal, Niat dan Tata Caranya Melaksanakannya Hal ini dikarenakan “sesuatu” yang dikejarnya itu dianggap hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yang apabila gagal, maka gagal pula mendapatkan berbagai kebaikannya. Untuk inilah Penulis memahami betul makna kegagalan dan frustasi ketika sebuah cita-cita akhirnya tidak berbuah manis dan terkubur bersama mimpi indah yang tidak menjadi kenyataan. Mimpi menjadi pilot pernah dialami penulis. Membayangkan seseorang yang piawai menerbangkan pesawat, anggun berpakaian putih bersih dan berjalan tegap serta bergaji besar pernah menjadi cita-cita penulis. Tidak sekedar cita-cita kosong, namun ihtiar dan kesungguhan telah dilalui. Awalnya setelah lulus SMA dan orang tua tidak mampu menguliahkan, kami mencoba peruntungan dengan pergi ke Jakarta dan mendaftar pada sekolah penerbangan pemerintah yang biayanya tentu saja gratis.
Terkadang seseorang tertimpa takdir yang menyakitkan yang tidak disukai oleh dirinya, kemudian dia tidak bersabar, merasa sedih dan mengira bahwa takdir tersebut adalah sebuah pukulan yang akan memusnahkan setiap harapan hidup dan cita-citanya. Akan tetapi, sering kali kita melihat dibalik keterputus-asaannya ternyata Allah memberikan kebaikan kepadanya dari arah yang tidak pernah ia berapa banyak pula kita melihat seseorang yang berusaha dalam sesuatu yang kelihatannya baik, berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, tetapi yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dia Seandainya kita mau merenung dan sedikit berfikir, sungguh di setiap apa yang telah Allah takdirkan untuk hamba-hamba-Nya, di dalamnya terdapat hikmah dan maslahat tertentu, baik ketika itu kita telah mengetahui hikmah tersebut ataupun tidak. Demikian juga ketika Allah Ta’ala menimpakan musibah kepada kita, maka kita wajib berprasangka baik kepada-Nya. Sudah sepantasnya kita meyakini bahwa yang kita alami tersebut akan membawa kebaikan bagi kita, baik untuk dunia kita maupun akhirat kita. Minimal dengan musibah tersebut, sebagian dosa kita diampuni oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, maka lihatlah takdir ini dengan kacamata nikmat dan rahmat, dan bahwasanya Allah Ta’ala bisa jadi memberikan kita nikmat ini karena memang Dia sayang kepada Allah Ta’ala pun telah berfirman,و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”QS. Al Baqarah 216Saudariku… Sungguh jika kita mau membuka kisah-kisah dalam Al Qur’an dan lembaran-lembaran sejarah, atau kita memperhatikan realitas, kita akan mendapatkan darinya banyak pelajaran dan bukti bahwa selalu ada hikmah di balik setiap apa yang Allah takdirkan untuk lihatlah kisah Ibu Nabi Musa alaihissalam ketika ia harus melemparkan anaknya ke sungai… bukankah kita mendapatkan bahwa tidak ada yang lebih dibenci oleh Ibu Musa daripada jatuhnya anaknya di tangan keluarga Fir’aun? namun meskipun demikian tampaklah akibatnya yang terpuji dan pengaruhnya yang baik di hari-hari berikutnya, dan inilah yang diungkapkan oleh ayatواللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَAllah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuiLihat pula kisah Nabi Yusuf alaihissalam ketika beliau harus berpisah dengan ayah beliau Nabi Ya’qub alaihissalam, ketika beliau harus dimasukkan ke dalam sumur dan diambil oleh kafilah dagang… Bukankah kita akan melihat hikmah yang begitu besar dibalik semua itu?Lihat pula kisah Ummu Salamah, ketika suami beliau-Abu Salamah- meninggal dunia, Ummu Salamah radhiallaahu anhaa berkata“Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia mengucapkan apa yang diperintah oleh Allah, إنّا للهِ وَ إنَّا إِليْهِ رَاجِعُوْنَ, اللهُمَّ أَجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَ أخلفْ لي خَيْرًا مِنْهَا Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya lah kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepadaku dalam musibahku dan berilah gantinya untukku dengan yang lebih baik darinya.” Ia berkata, “Maka ketika Abu Salamah meninggal, aku berkata, Seorang Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah? Rumah keluarga pertama yang berhijrah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?’ Kemudian aku pun mengucapkannya, maka Allah memberikan gantinya untukku dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” HR. MuslimRenungkanlah bagaimana perasaan yang menghinggapi diri Ummu Salamah –yakni perasaan yang muncul pada sebagian wanita yang diuji dengan kehilangan orang yang paling dekat hubungannya dengan mereka dalam kehidupan ini dan keadaan mereka Siapakah yang lebih baik dari Abu Fulan?!- maka ketika Ummu Salamah melakukan apa yang diperintahkan oleh syariat berupa sabar, istirja’, dan ucapan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka Allah pun menggantinya dengan yang lebih baik yang belum pernah ia impikan seorang wanita yang beriman, tidak seharusnya ia membatasi kebahagiaannya pada satu pintu saja di antara pintu-pintu kehidupannya. Karena kesedihan yang menimpa seseorang adalah sesuatu yang tidak ada seorang pun yang bisa selamat darinya, tidak pula para Nabi dan Rasul! Yang tidak layak adalah membatasi kehidupan dan kebahagiaan pada satu keadaan ataupun mengaitkannya dengan orang-orang tertentu seperti pada laki-laki atau wanita pula dalam kehidupan nyata, kita pun sering melihat ataupun mendengar kisah-kisah yang penuh dengan hikmah dan karena itulah, hendaknya kita selalu bertawakkal kepada Allah, mengerahkan segenap kemampuan untuk menempuh sebab-sebab yang disyariatkan, dan jika terjadi sesuatu yang tidak kita sukai, jendaklah kita selalu mengingat firman Allah Ta’ala,و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al Baqarah 216.Hendaklah ia mengingat bahwasanya di antara kelembutan Allah terhadap hamba-hambaNya adalah “Bahwasanya Dia menakdirkan bagi mereka berbagai macam musibah, ujian, dan cobaan dengan perintah dan larangan yang berat adalah karena kasih sayang dan kelembutanNya kepada mereka, dan sebagai tangga untuk menuju kesempurnaan dan kesenangan mereka” Tafsir Asma’ al Husna, karya As-Sa’di.Semoga yang sedikit ini bisa menjadi nasihat untuk diri saya pribadi dan bagi orang-orang yang membacanya, karena barangkali kita sering lupa bahwa apapun yang telah Allah Ta’ala takdirkan untuk kita adalah yang terbaik untuk kita, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Mengetahui kebaikan-kebaikan bagi para hambaNya.*** Artikel Penulis Wakhidatul Latifah Murajaah Ustadz Ammi Nur BaitsReferensiQawaa’id Qur’aaniyyah, Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, Markaz at-Tadabbur Li al-Isytisyarat at-Tarbawiyyah wa at-Ta’limiyyah. Dan terjemah, “50 Prinsip Pokok Ajaran Al Qur’an” terbitan Pustaka Daarul Faidah Kitab Tauhid, Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim.
Sebagai muslim, tentunya kita selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Namun, terkadang apa yang kita anggap baik belum tentu baik menurut Allah. Seperti yang dikatakan dalam Al-QuranDan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.QS. An-Nur 52Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebaikan menurut Allah adalah kebaikan yang sesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-Nya. Namun, seringkali kita terjebak dalam pandangan kita sendiri tentang kebaikan dan mengabaikan pandangan Kita Tentang Kebaikan1. Membawa Manfaat Bagi Kita2. Tidak Membahayakan Kita dan Orang Lain3. Sesuai dengan Norma-Norma SosialPandangan Allah Tentang Kebaikan1. Bertauhid2. Berbuat Baik kepada Orang Tua3. Membantu Orang yang MembutuhkanTabel Perbandingan Pandangan Kita dan Allah Tentang KebaikanKesimpulanFAQs1. Apa yang dimaksud dengan “baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah”?2. Bagaimana cara mengetahui apakah suatu tindakan dianggap sebagai kebaikan menurut Allah?3. Apa yang harus dilakukan jika kita melakukan tindakan yang dianggap sebagai buruk menurut Allah?4. Bagaimana cara mendapatkan ridha Allah?5. Apa pentingnya mengikuti pandangan Allah tentang kebaikan?DisclaimerPandangan Kita Tentang KebaikanSetiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang apa yang baik dan buruk. Terkadang pandangan ini dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, atau bahkan lingkungan sekitar. Kita cenderung menganggap sebagai baik hal-hal yang1. Membawa Manfaat Bagi KitaKita cenderung membuat keputusan berdasarkan manfaat yang akan kita dapatkan darinya. Misalnya, kita akan menganggap sebagai baik jika kita mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi, karena hal ini akan membawa manfaat bagi kehidupan Tidak Membahayakan Kita dan Orang LainKita juga cenderung menganggap sebagai baik hal-hal yang tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain. Misalnya, kita akan menganggap sebagai baik jika kita menghindari kebiasaan merokok, karena merokok dapat membahayakan kesehatan kita dan orang di sekitar Sesuai dengan Norma-Norma SosialSetiap masyarakat memiliki norma-norma yang berlaku di dalamnya. Kita cenderung menganggap sebagai baik hal-hal yang sesuai dengan norma-norma ini. Misalnya, kita akan menganggap sebagai baik jika kita menghormati orang yang lebih tua dari kita, karena hal ini sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat Allah Tentang KebaikanSedangkan, pandangan Allah tentang kebaikan sangatlah berbeda dengan pandangan kita. Seperti yang dijelaskan dalam Al-QuranDan barang siapa yang dikehendaki Allah untuk memberikan petunjuk, niscaya Allah melapangkan dadanya untuk menerima agama Islam; dan barang siapa yang dikehendaki-Nya untuk menyesatkan, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.QS. Al-An’am 125Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebaikan menurut Allah adalah kebaikan yang sesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-Nya. Sebuah tindakan yang dianggap sebagai kebaikan oleh manusia belum tentu dianggap sebagai kebaikan menurut Allah jika tidak sesuai dengan BertauhidMenurut Al-Quran, bertauhid atau mengesakan Allah adalah tindakan yang sangat baik dan dianggap sebagai kebaikan yang paling utama. Seperti yang dijelaskan dalam Al-QuranKatakanlah “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”QS. Al-Ikhlas 1-4Hal ini menunjukkan bahwa bertauhid adalah tindakan yang sangat baik dan dianjurkan oleh Allah. Tanpa bertauhid, segala tindakan kita yang dianggap sebagai baik oleh manusia tidak akan memiliki makna apapun di hadapan Berbuat Baik kepada Orang TuaMenurut Al-Quran, salah satu tindakan yang dianggap sebagai kebaikan adalah berbuat baik kepada orang tua. Seperti yang dijelaskan dalam Al-QuranWahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dalam masalah yang wajib ditakwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Muslim. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliah, maka Dia jadikan persahabatan di antara hatimu, lalu kamu menjadi bersaudara oleh nikmat-Nya. Dan kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah selamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.QS. Ali Imran 102-103Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah salah satu tindakan yang dianggap sebagai kebaikan oleh Allah. Kita harus selalu menghormati dan memperlakukan orang tua dengan baik, karena hal ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan ridha Membantu Orang yang MembutuhkanMenurut Al-Quran, salah satu tindakan yang dianggap sebagai kebaikan adalah membantu orang yang membutuhkan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-QuranDan berbuat kebajikanlah kamu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.QS. Al-Baqarah 195Hal ini menunjukkan bahwa membantu orang yang membutuhkan adalah salah satu tindakan yang dianggap sebagai kebaikan oleh Allah. Kita harus selalu membantu sesama manusia dengan tulus hati, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari mereka, karena hal ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan ridha Perbandingan Pandangan Kita dan Allah Tentang KebaikanPandangan KitaPandangan AllahMembawa manfaat bagi kitaSesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-NyaTidak membahayakan kita dan orang lainSesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-NyaSesuai dengan norma-norma sosialSesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-NyaKesimpulanDalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung menganggap sebagai baik hal-hal yang membawa manfaat bagi kita, tidak membahayakan kita dan orang lain, serta sesuai dengan norma-norma sosial. Namun, pandangan Allah tentang kebaikan sangatlah berbeda dengan pandangan kita. Kebaikan menurut Allah adalah kebaikan yang sesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-Nya. Oleh karena itu, sebagai muslim, kita harus selalu berusaha untuk mengikuti pandangan Allah tentang Apa yang dimaksud dengan “baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah”?Ini berarti bahwa kebaikan menurut Allah adalah kebaikan yang sesuai dengan ajaran-Nya dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha-Nya. Sebuah tindakan yang dianggap sebagai kebaikan oleh manusia belum tentu dianggap sebagai kebaikan menurut Allah jika tidak sesuai dengan Bagaimana cara mengetahui apakah suatu tindakan dianggap sebagai kebaikan menurut Allah?Untuk mengetahui apakah suatu tindakan dianggap sebagai kebaikan menurut Allah, kita harus merujuk pada ajaran-Nya yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Kita juga dapat meminta nasihat dari orang yang lebih mengerti tentang agama Apa yang harus dilakukan jika kita melakukan tindakan yang dianggap sebagai buruk menurut Allah?Jika kita melakukan tindakan yang dianggap sebagai buruk menurut Allah, kita harus segera bertaubat kepada-Nya dan berusaha untuk tidak mengulangi tindakan tersebut di masa yang akan Bagaimana cara mendapatkan ridha Allah?Ada banyak cara untuk mendapatkan ridha Allah, di antaranya adalah dengan mengesakan-Nya, berbuat baik kepada orang tua, membantu orang yang membutuhkan, dan melakukan amal sholeh lainnya sesuai dengan Apa pentingnya mengikuti pandangan Allah tentang kebaikan?Sangat penting untuk mengikuti pandangan Allah tentang kebaikan karena hanya dengan mengikuti ajaran-Nya, kita dapat mendapatkan ridha-Nya dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan ini disusun sebagai informasi umum dan bukan sebagai nasihat keagamaan. Setiap tindakan yang diambil berdasarkan informasi yang terdapat dalam artikel ini adalah sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Selalu konsultasikan dengan ahli agama jika dibutuhkan.
BAIK MENURUT KITA BELUM TENTU BAIK MENURUT ALLAH DAN RASULNYA Seringkali orang awam kebingungan tidak faham ketika dikatakan amalan-amalan atau acara-acara yang dilakukannya dikatakan bid’ah. Mereka pun berkata ; Bukankah amalan ini baik ? Ketahuilah, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman ; وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ “. . Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Al Baqarah, 216. Coba kita perhatikan riwayat-riwayat berikut ini. 1. Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar berita tentang pernyata’an tiga orang. Yang pertama berkata “Saya akan shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam”, yang kedua berkata ”Saya akan puasa dan tidak akan berbuka”, yang terakhir berkata “Saya tidak akan menikah”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegur mereka, seraya berkata “Apa urusan mereka dengan berkata seperti itu ?, Padahal saya puasa dan saya pun berbuka, saya shalat dan saya pun tidur, dan saya menikahi wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku maka bukanlah golonganku”. Muttafaqun alaihi. – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang hendak shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam. * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ? – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang akan puasa dan tidak akan berbuka. * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak memperbanyak ibadah ? – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela seseorang yang tidak akan menikah, karena hendak taqorrub kepada Allah. * Kenapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mencelanya, bukankah tujuan orang tersebut baik, hendak taqorrub kepada Allah ? 2- Al-Baroo’ bin Aazib berkata قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ الأَيْمَنِ وَقُلْ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku Jika engkau mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah sebagaimana berwudhu untuk sholat, lalu berbaringlah di atas bagian tubuhmu yang kanan, lalu katakanlah اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إْلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتُ “Yaa Allah aku menyerahkan jiwaku kepadaMu, dan aku pasrahkan urusanku kepadaMu, dan aku sandarkan punggungku kepadaMu, dengan kekhawatiran dan harapan kepadaMu. Tidak ada tempat bersandar dan keselamatan dariMu kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitabMu yang Engkau turunkan dan beriman kepada Nabimu yang Engkau utus” Nabi berkata فَإِنْ مِتَّ مِتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُوْلُ “Jika engkau meninggal maka engkau meninggal di atas fitroh, dan jadikanlah doa ini adalah kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur” Al-Baroo’ bin Aazib berkata فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُوْلِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لاَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ “Lalu aku mencoba untuk mengingatnya dan aku berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus” Nabi berkata “Tidak, akan tetapi Dan aku beriman kepada NabiMu yang Engkau utus”. HR Al-Bukhari no 6311. * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyalahkan perkata’an Al-Baroo’ bin Aazib yang berkata “Dan aku beriman kepada RasulMu yang Engkau utus”. Bukankah perkata’an “RasulMu” itu baik ? ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Perhatikan juga atsar para Sahabat berikut ini. 1. Sa’id bin Musayyib tabi’in, Ia melihat seorang laki-laki menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab shalat ? Beliau menjawab “Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyelisihi As-Sunnah.” Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra, II/466. * Kenapa Sa’id bin Musayyib melarang seorang laki-laki yang menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua raka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya, Bukankah Shalat itu adalah amalan yang paling utama ? 2. Shahabat yang mulia Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma, menceritakan, Bahwasannya ada seorang laki-laki yang bersin kemudian dia berkata, “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” segala puji bagi Allah dan kesejahtera’an bagi Rasulullah. Maka Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma berkata Aku juga mengatakan, “Alhamdulillah was-salaamu alaa Rasuulillah” maksudnya juga bershalawat. Akan tetapi tidak demikian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam mengajari kami untuk mengucapkan ketika bersin “Alhamdulillah alaa kulli haal.” Diriwayatkan olehAt-Tirmidzi, no. 2738. * Kenapa Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma mengajarkan kepada seorang laki-laki yang bersin, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam mengajari, kalau bersin untuk mengucapkan “Alhamdulillah alaa kulli haal”. Bukankah ucapan “Alhamdulillah wassalaamu alaa Rasuulillaah” yang diucapkan seorang laki-laki itupun baik ? 3- Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu anhu, diriwayatkan memasuki masjid Kufah, lalu didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk halaqah-halaqah duduk berkeliling. Pada setiap halaqah terdapat seorang syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu syaikh tersebut menyuruh mereka, “Bertasbihlah seratus kali !” Lalu mereka pun bertasbih menghitung dengan kerikil tersebut. Lalu syaikh itu berkata lagi, “Bertahmidlah seratus kali” Dan demikianlah seterusnya . . Maka Abu Musa Radhiyallahu anhu mengingkari hal itu dalam hatinya, tapi ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas’ud, lalu iapun mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah bin mas’ud pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Ibnu Mas’ud , “Wahai Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya melihat melainkan kebaikan”. Lalu Abu Musa menceritakan keada’an halaqah dzikir tersebut. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud kepada Abu Musa “Apakah engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka ? Dan engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun ?” Abu Musa pun menjawab, “Aku tidak memerintahkan apapun kepada mereka”. Berkatalah Ibnu Mas’ud, Mari kita pergi menuju mereka. Lalu Ibnu Mas’ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas salamnya. Berkatalah Ibnu Mas’ud “Perbuatan apa yang aku lihat kalian melakukannya ini wahai Umat Muhammad ?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih, tahmid, dan tahlil, dan takbir”. Maka berkatalah Ibnu Mas’ud “Alangkah cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, padahal para sahabat masih banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? Ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan ?”, Mereka pun menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan”. Abu Mas’ud pun berkata “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya”. Berkata Amru bin Salamah, “Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang An-Nahrawan bersama kaum Khawarij”. Riwayat Darimi dengan sanad shahih. * Mengapa Ibnu Mas’ud menegur orang-orang yang sedang berdzikir, Bukankah dzikir itu baik ? ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau kita perhatikan riwayat-riwayat diatas, * Kenapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencela orang yang hendak memperbanyak ibadah, bukankah ibadah itu baik ? * Kenapa para Sahabat mencela dan mengingkari orang yang sedang beribadah, bukankah ibadah itu baik ? Apa yang dicela dan diingkari oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat, tujuan mereka melakukannya adalah untuk memperbanyak ibadah. Maksud mereka tentu saja baik. Tapi mengapa mereka dicela ? Tidak lain, karena apa yang mereka lakukan tidak dibenarkan oleh syari’at. Apa yang mereka lakukan tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Yang mereka lakukan adalah perkara yang dibuat-buat. Perkara yang baru bid’ah dalam urusan ibadah. Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga para Sahabat tidak faham kalau bid’ah ada yang baik ? Apakah ahli bid’ah yang mengatakan ada bid’ah hasanah lebih faham Islam daripada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat ? الله المستعان Agus Santosa Somantri =======================
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berdoa...Semua pemeluk agama di dunia dan di Indonesia pasti pernah mengambil waktu untuk berdoa. Doa adalah sarana yang Allah buat agar manusia bisa berkomunikasi dengan Pencipta langit dan bumi. Dalam doa yang manusia naikkan, hampir semua kalau boleh dikatakan seperti itu doa kita berisi permintaan-permintaan kepada Sang Pencipta. Ada doa supaya berhasil dalam segala hal yang dilakukan, ada doa supaya manusia selalu penuh kebahagiaan dan ada juga yang berdoa agar rezeki selalu hadir dalam hidup. Namun doa juga dipakai untuk menaikkan syukur atas pemeliharaan Tuhan dalam hidup pendoa. Semua doa yang dinaikkan itu sebenarnya menjelaskan kepada kita bahwa sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan dan kekurangan untuk membuat hidup semakin baik dari hari ke hari. Ketika kita berdoa meminta sesuatu dari Tuhan, tentu saja kita mengharapkan agar permintaan kita dikabulkan atau diiyakan oleh Tuhan. Namun ada juga jawaban doa yang lain yang diberikan oleh Tuhan kepada kita yang meminta dalam doa. Apa saja? 1. Jawaban Tuhan adalah "tidak". Selain Tuhan menjawab "ya" bagi doa kita, Ia juga berhak untuk menjawab "tidak" bagi permintaan kita. Jawaban yang diberikan itu, suka tidak suka, harus diakui sebagai jawaban yang paling baik bagi si pendoa. Kita sebagai manusia punya keterbatasan untuk melihat atau memprediksi hidup kita 5, 10 15 atau 20 tahun mendatang. Menurut kita, apa yang kita minta bail buat kita saat ini namun belum tentu baik buat kita di masa yang akan datang. Tuhan punya perspektif yang sangat baik dalam melihat hidup kita. Kadang, rencana Tuhan bertolak belakang sama sekali apa yang kita rencanakan. Jadi ketika Tuhan menjawab "tidak", percayalah bahwa itu yang paling baik buat kita. 2. Jawaban Tuhan adalah, "sabar ya". Tuhan menjawab atau belum menjawab doa kita karena ada sebuah proses yang harus kita lalui untuk dapat memperoleh apa yang kita minta dari Tuhan. Ibarat seorang anak berusia 9 tahun yang meminta sepeda motor kepada orangtuanya. Tentu saja, orangtua yang baik tidak akan atau belum mengabulkan permintaan si anak karena bukan waktu yang tepat untuk mendapatkan sepeda motor. 3. Jawaban Tuhan "ya, tapi risiko tanggung sendiri". Jawaban seperti ini adalah jawaban Tuhan terhadap orang-orang yang berdoa dan "memaksa" Tuhan untuk meng"iya"kan permintaannya. Karena terus-menerus memaksa dan bersikeras bahwa permintaannya adalah yang terbaik, maka Tuhan pun meng"iya"kan. Tapi dengan catatan, risiko tanggung sendiri. Setiap permintaan kita dalam doa tentu memiliki konsekuensi yang harus kita pikul. Seorang yang "memaksa" Tuhan untuk meng"iya"kan permintaannya kemudian di"iya"kan olehNya pasti harus memikul konsekuensi yang berat untul doanya. Tuhan tahu yang terbail bagi kita. Ayah yang baik tidak akan pernah memberi anaknya ular jika anaknya meminta ikan. Tidak akan memberi batu, jika anaknya meminta roti. Apalagi Tuhan yang MAHABAIK. Pasti memberi yang terbaik. Salam Lihat Humaniora Selengkapnya
baik buat kita belum tentu baik buat allah